Senin, 01 Oktober 2012

Penisbatan Kepada Salafiyyah

 Oleh: Asy Syaikh Muhammad Bin Sholeh Al Utsaimin

Syaikh Ibn `Utsaimīn—rahimahu’Llāh—pernah ditanya, “Fadhīlata’sy Syaikh, semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan. Kami ingin mengetahui apa itu Salafiyyah sebagai manhaj, dan bolehkah kita menisbatkan diri kepadanya? Bolehkah kita mengingkari orang-orang yang tidak menisbatkan diri kepada Salafiyyah tersebut?
Jawaban beliau:
Salafiyyah adalah mengikuti manhaj Nabi—shalla’Llāhu `alaihi wa sallam—dan para Sahabat beliau, karena merekalah Salaf kita, yang telah mendahului kita. Mengikuti (meneladani) mereka itulah Salafiyyah. Adapun menjadikan Salafiyyah sebagai suatu manhaj spesifik yang seseorang itu bersikap sangat ekslusif dengannya serta menyesatkan orang lain yang menyelisihinya dari kalangan kaum muslimin—meskipun mereka di atas kebenaran—maka tidak diragukan lagi bahwa hal ini (justru) menyelisihi Salafiyyah.
Seluruh generasi Salaf menyeru kepada Islam dan ber-ilti’ām seputar Sunnah Nabi—shalla’Llāhu `alaihi wa sallam—dan mereka tidak menyesatkan orang yang menyelisihi mereka disebabkan ta’wīl. Kecuali dalam permasalahan aqidah, maka mereka memandang bahwa orang yang menyelisihi mereka dalam hal tersebut adalah orang yang sesat.
Namun, sebagian orang yang bermanhajkan Salafiyyah pada zaman kita sekarang ini menyesatkan setiap orang yang menyelisihinya—meskipun (ternyata) kebenaran ada pada orang tersebut. Sebagian orang tersebut menjadikan Salafiyyah sebagai suatu manhaj hizbi (sektarian), seperti halnya manhaj kelompok-kelompok lain yang berafiliasi kepada Islam. Inilah hal yang diingkari dan tidak mungkin disetujui.


Hendaklah dikatakan (kepada mereka): lihatlah madzhab Salaf yang shalih, apa yang mereka lakukan dalam tata cara mereka serta kelapangan dada mereka dalam menyikapi perbedaan pendapat pada masalah-masalah yang dibolehkan ijtihād di dalamnya. Bahkan, sampai-sampai mereka berselisih pendapat dalam masalah-masalah yang besar, masalah-masalah aqidah, masalah-masalah ilmiah. Engkau dapati, misalnya, sebagian mereka menafikan bahwa Nabi—shalla’Llāhu `alaihi wa sallam—pernah melihat Rabbnya (pada peristiwa isrā’ mi`rāj), sedangkan sebagian lain menetapkan hal tersebut. Engkau juga dapati sebagian mereka mengatakan bahwa yang ditimbang pada hari kiamat adalah amal, sedangkan sebagian lain mengatakan bahwa yang ditimbang adalah lembaran-lembaran amal. Engkau lihat pula bahwa mereka berbeda pendapat dalam masalah-masalah fiqh, baik dalam hal nikah, waris, iddah, jual beli, dan lain sebagainya. Meskipun demikian mereka tidak saling menyesatkan satu sama lain.
Dengan demikian, Salafiyyah dengan makna kelompok (hizb) khusus yang memiliki ciri-ciri spesifik, di mana anggota-anggotanya menyesatkan orang-orang selain mereka, maka mereka itu sama sekali bukanlah termasuk Salafiyyah.
Adapun Salafiyyah sebagai peneladanan (ittibā`) terhadap manhaj Salaf dalam hal aqidah, perkataan, perbuatan, perbedaan pendapat, kesepakatan, serta saling mencintai dan menyayangi, maka inilah Salafiyyah yang benar. Sebagaimana sabda Nabi—shalla’Llāhu `alaihi wa sallam,
مثل المؤمنين في توادهم و تراحمهم و تعاطفهم كمثل الجسد الواحد، إذا اشتكى منه عضو تداعى له سائر الجسد بالحمى و السهر
Perumpamaan kaum mukminin dalam hal mencintai, menyayangi dan mengasihi seperti halnya satu jasad, jika salah satu anggota tubuh mengeluhkan sakit, maka seluruh jasad terserang demam dan tidak dapat tidur.” [Riwayat al-Bukhari, Muslim dan Ahmad.]
[Liqā'āt al-Bāb al-Maftūh, Syaikh Muhammad Ibn Shālih al-`Utsaimīn, i`dād Dr. `Abdu'Llah Ibn Muhammad ath-Thayyār, Dār al-Bashīrah, Iskandaria, vol. III, hal. 246-247. Dengarkan pula kaset Silsilah Liqā' al-Bāb al-Maftūh, no. 57, akhir side A dan awal side B.] 
Afiliasi terhadap kelompok salafy
Syaikh Ibn `Utsaimīn—rahimahu’Llāh Ta`ālā—berkata dalam Syarh al-Arba`īn an-Nawawiyyah, penjelasan hadits ke-28 (hadits al-`Irbādh Ibn Sāriyah):
Jika kelompok-kelompok (ahzāb) dalam tubuh umat Islam menjadi banyak jumlahnya, maka janganlah engkau berafiliasi (intimā’) kepada suatu kelompok pun. Pada zaman dahulu juga sudah terdapat berbagai macam kelompok, semisal Khawārij, Mu`tazilah, Jahmiyyah dan Rāfidhah. Kemudian akhir-akhir ini muncul (kelompok) yang disebut Ikhwāniyyūn (Ikhwāni), Salafiyyūn (Salafi), Tablīghiyyūn (Tablīghi) dan yang semisalnya.
Jadikanlah seluruh kelompok tersebut berada pada sisi kiri, dan menjadi keharusan bagimu untuk mengikuti imām, yakni apa-apa yang ditunjukkan oleh Nabi—shallā’Llāhu `alaihi wa sallam—melalui sabda beliau,

عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ
Menjadi keharusan bagi kalian untuk berpegang teguh terhadap sunnahku dan sunnah para khalifah yang mendapat petunjuk.”
Tidak diragukan bahwa merupakan kewajiban seluruh kaum muslimin untuk bermadzhab dengan madzhab Salaf, dan bukan berafiliasi (intimā’) kepada kelompok (hizb) tertentu yang disebut Salafiyyīn (Salafi). (Sekali lagi ditegaskan) bahwa menjadi kewajiban umat Islam untuk bermadzhab dengan madzhab Salaf yang shalih, dan bukan sikap sektarianisme (tahazzub) kepada apa yang dinamakan Salafiyyūn (Salafi). Sebab, di sana ada jalan Salaf dan di sana ada pula kelompok (hizb) yang bernama Salafiyyūn (Salafi). Dan yang dituntut (atas diri seorang muslim) adalah mengikuti/meneladani jalan Salaf. [Selesai nukilan dari Syaikh Ibn `Utsaimīn.]
Penerjemah:
Adni Abu Faris an-Nuri
 http://adniku.wordpress.com/2008/02/17/membincang-penisbatan-salafiyyah/
 http://adniku.wordpress.com/2008/02/18/afiliasi-intima-terhadap-kelompok-salafi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar