Selasa, 18 Desember 2012
Thaharah/Bersuci (Kitab Ad Durorul Bahiyyah Fii Masaa'ilil Fiqhiyyah)
Bab Air
1. Air itu suci dan mensucikan.
2. Tidak mengeluarkannya dari kedua sifat tersebut kecuali yang mengubah baunya, warnanya atau rasanya dari semua jenis najis.
3. Tidak dikeluarkan dari sifat mensucikan kecuali apa yang mengeluarkannya dari sifat air mutlak, berupa sesuatu yang suci yang bisa mengubah (ketiga sifatnya).
4. Tidak ada perbedaan antara;
a. Air sedikit dan banyak.
b. Air di atas dua kullah atau kurang.
c. Musta’mal (sudah terpakai) atau tidak.
d. Mengalir atau tergenang.
5. Benda-benda yang najis adalah:
a. Kotoran manusia secara mutlak.
b. Kencing manusia kecuali dari bayi laki-laki yang masih menyusui.
c. Liur anjing.
d. Kotoran (binatang).
e. Darah haidh.
f. Daging babi
Selain dari itu masih diperdebatkan.
6. Pada asalnya semua suci, tidak boleh dipindahkan (dari kesuciannya) kecuali dengan dalil yang shahih, tidak bertentangan dengan dalil yang setara atau yang lebih didahulukan darinya.
Rabu, 05 Desember 2012
Kitab Tauhid Bab 5 Dakwah (Mengajak) Kepada Syahadat "Laa ilaaha illallaah"
Firman Alloh Subhanahu wa Subhanahu wa Ta’ala :
]قل هذه سبيلي أدعو إلى الله على بصيرة أنا ومن اتبعني وسبحان الله وما أنا من المشركين[
“Katakanlah : ”inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang
mengikutiku, aku berdakwah kepada Alloh dengan hujjah yang nyata, maha
suci Alloh, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik”. (QS.
Yusuf, 108)
Ibnu Abbas RadhiAllohu’anhu berkata : ketika Rasululloh ShallAllohu’alaihi wa Sallam mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman beliau bersabda kepadanya :
"إنك
تأتي قوما من أهل الكتاب، فليكن أول ما تدعوهم إليه شهادة أن لا إله إلا
الله - وفي رواية : إلى أن يوحدوا الله -، فإن هم أطاعوك لذلك فأعلمهم أن
الله افترض عليهم خمس صلوات في كل يوم وليلة، فإن هم أطاعوك لذلك فأعلمهم
أن الله افترض عليهم صدقة تؤخذ من أغنيائهم فترد على فقرائهم، فإن هم
أطاعوك لذلك فإياك وكرائم أموالهم، واتق دعوة المظلوم فإنه ليس بينها وبين
الله حجاب"
“Sungguh
kamu akan mendatangi orang-orang ahli kitab (Yahudi dan Nasrani), maka
hendaklah pertama kali yang harus kamu sampaikan kepada mereka adalah
syahadat La Ilaha IllAlloh – dalam riwayat yang lain
disebutkan “supaya mereka mentauhidkan Alloh”-, jika mereka mematuhi
apa yang kamu dakwahkan, maka sampaikan kepada mereka bahwa Alloh telah
mewajibkan kepada mereka sholat lima waktu dalam sehari semalam, jika
mereka telah mematuhi apa yang telah kamu sampaikan, maka sampaikanlah
kepada mereka bahwa Alloh telah mewajibkan kepada mereka zakat, yang
diambil dari orang-orang kaya diantara mereka dan diberikan pada
orang-orang yang fakir. Dan jika mereka telah mematuhi apa yang kamu
sampaikan, maka jauhkanlah dirimu dari harta pilihan mereka, dan
takutlah kamu dari doanya orang-orang yang teraniaya, karena
sesungguhnya tidak ada tabir penghalang antara doanya dan Alloh” (HR.
Bukhori dan Muslim).
Senin, 03 Desember 2012
Benarkah Kaum Syiah Mencintai Ahlul Bait?(Bukti-Bukti Pengkhianatan Kaum Syi’ah terhadap Ahlul Bait )
Oleh: Ust. Dzulqarnain
Kaum Syi’ah menyangka bahwa mereka berloyalitas kepada Ahli Bait (keluarga) Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan mencintai Ahlul Bait. Mereka juga menyangka bahwa madzhab mereka diambil dari ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan Ahlul Bait dan dibangun di atas pendapat-pendapat dan riwayat-riwayat dari Ahlul Bait. Karena alasan kecintaan kepada Ahlul Bait, kaum Syi’ah mengafirkan para shahabat yang dianggap menzhalimi dan melanggar kehormatan Ahlul Bait. Inilah keyakinan yang tertanam pada akal-akal kaum Syi’ah.
Kaum Syi’ah menyangka bahwa mereka berloyalitas kepada Ahli Bait (keluarga) Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan mencintai Ahlul Bait. Mereka juga menyangka bahwa madzhab mereka diambil dari ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan Ahlul Bait dan dibangun di atas pendapat-pendapat dan riwayat-riwayat dari Ahlul Bait. Karena alasan kecintaan kepada Ahlul Bait, kaum Syi’ah mengafirkan para shahabat yang dianggap menzhalimi dan melanggar kehormatan Ahlul Bait. Inilah keyakinan yang tertanam pada akal-akal kaum Syi’ah.
Benarkah kaum Syi’ah mencintai Ahlul Bait?
Mari kita melihat bagaimana sebenarnya kecintaan kaum Syi’ah kepada
Ahlul Bait dan bagaimana sikap Ahlul Bait itu sendiri terhadap kaum
Syi’ah.
Definisi Ahlul Bait
Kaum Syi’ah Rafidhah bersepakat untuk membatasi Ahlul Bait Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam hanya pada Ali bin Abi Thalib radhiyallâhu ‘anhû, Fathimah radhiyallâhu‘anhâ, Al-Hasan radhiyallâhu‘anhumâ, dan Al-Husain radhiyallâhu ‘anhumâ. Kemudian, mereka memasukkan sembilan orang imam dari keturunan Al-Husain radhiyallâhu anhû
dalam hal tersebut: (1) Ali Zainul ‘Âbidin, (2) Muhammad Al-Bâqir, (3)
Ja’far Ash-Shâdiq, (4) Musa Al-Kâzhim, (5) Ali Ar-Ridhâ, (6) Muhammad
Al-Jawwâd, (7) Ali Al-Hâdy, (8) Al-Hasan Al-‘Askar, dan Imam Mahdi
mereka, (9) Muhammad Al-‘Askar. [Al-Anwâr An-Nu’mâniyah 1/133, Bihâr Al-Anwâr 35/333, dan selainnya. Bacalah Al-‘Aqidah Fî Ahlil Bait Bain Al-Ifrâd Wa At-Tafrîd karya Sulaimân As-Suhaimy hal. 352-356 dan Asy-Syi’ah Wa Ahlul Bait hal. 13-20 karya Ihsân Ilâhî Zhahîr]
Pengkhianatan Syiah dalam Lembaran Sejarah
Penulis: Ustadz Muhammad Hadi
Berabad-abad lamanya sekte Syi’ah menyebarkan penyimpangan akidah di
tengah umat. Terkhusus perbuatan mengafirkan para sahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahkan termasuk istri-istri beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Berangkat dari akidah yang menyimpang tersebut, terjadilah apa yang
terjadi seperti pengkhianatan dan pembantaian terhadap kaum muslimin.
Tulisan berikut ini menghadirkan sejarah pengkhianatan dan
pembantaian yang dilakukan kaum Syi’ah terhadap kaum muslimin
berdasarkan fakta. Disuguhkan dari sejumlah karya tulis para ulama, di
antaranya adalah kitab al-Bidayah wan Nihayah karya Imam Ibnu Katsir, seorang ulama besar bermadzhab Syafi’i.
Pengkhianatan Daulah Qaramithah
Daulah Qaramithah dinisbahkan kepada Hamdan Qarmath, pemimpin mereka.
Didirikan oleh Abu Said al-Jannabi tahun 278 H berpusat di Bahrain.
Mengusung pemikiran Syi’ah Ismailiyyah, ideologi sesat yang meyakini
imamah (kepemimpinan) Ismail bin Ja’far as-Shadiq. Daulah ini berkuasa
selama 188 tahun. Menguasai daerah Ahsa’, Hajar, Qathif, Bahrain, Oman,
dan Syam.
Iman kepada Malaikat
Penulis: Ustadz Ahmad Alfian
Beriman kepada Malaikat merupakan salah satu rukun iman yang enam.
Tidak terwujud keimanan seseorang hingga dia juga beriman kepada para
malaikat. Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman :
وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
“Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan Hari Akhir, maka sesungguhnya
orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (An-Nisa’: 136)
Pada ayat di atas, Allah subhaanahu wa ta’aalaa menyebut
orang yang mengingkari rukun-rukun iman sebagai orang kafir, dan
menyifatinya sebagai orang yang sesat sejauh-jauhnya. Maka hal ini
menunjukkan bahwa beriman kepada para Malaikat merupakan salah satu
rukun iman yang besar, dan orang yang mengingkarinya bisa menjadi kafir
atau murtad/keluar dari Islam.
Pengertian dan Kedudukan Malaikat
Kata “Malaikat” adalah bentuk jamak dari kata Malak, terambil dari akar kata al-Alukah
yang bermakna risalah. Sehingga malaikat dalam pengertian bahasa
bermakna para utusan Allah yang diberi tugas untuk mengurusi urusan
tertentu.
Adapun beriman kepada Malaikat maka dengan meyakini secara pasti
bahwa para Malaikat itu ada dan memiliki fisik, mereka termasuk jenis
makhluk Allah subhaanahu wa ta’aalaa yang ghaib, Allah subhaanahu wa ta’aalaa menciptakan
mereka dari cahaya (nur). Kedudukan mereka di sisi Allah sangat mulia
karena mereka adalah para hamba yang senantiasa menaati Allah dan tidak
pernah menentang-Nya. Jumlah mereka sangat banyak, tidak ada yang
mengetahui jumlahnya kecuali Allah subhaanahu wa ta’aalaa.
Hakekat Tasawuf dan Sufi
Bashrah, sebuah kota di negeri Irak, merupakan tempat kelahiran pertama bagi Tasawuf dan Sufi. Yang mana (di masa tabi’in) sebagian dari ahli ibadah Bashrah mulai berlebihan dalam beribadah, zuhud dan wara’ terhadap dunia (dengan cara yang belum pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam), hingga
akhirnya mereka memilih untuk mengenakan pakaian yang terbuat dari bulu domba (Shuuf).
Meski kelompok ini tidak mewajibkan tarekatnya dengan pakaian semacam itu, namun atas dasar inilah mereka disebut dengan Sufi, sebagai nisbat kepada Shuuf.
Oleh karena itu, lafazh Sufi ini bukanlah nisbat kepada Ahlush Shuffah yang ada di zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi waSallam, karena nisbat kepadanya dinamakan Shuffi, bukan pula nisbat kepada shaf terdepan di hadapan Allah Ta’ala, karena nisbat kepadanya dinamakan Shaffi, bukan pula nisbat kepada makhluk pilihan Allah karena nisbat kepadanya adalah Shafawi dan bukan pula nisbat kepada Shufah bin Bisyr (salah satu suku Arab), walaupun secara lafazh bisa dibenarkan, namun secara makna sangatlah lemah, karena antara suku tersebut dengan kelompok Sufi tidak berkaitan sama sekali.
Minggu, 02 Desember 2012
Kitab Tauhid Bab 4 Takut Terhadap Kesyirikan
Firman Alloh Subhanahu wa Subhanahu wa Ta’ala :
]إن الله لا يغفر أن يشرك به ويغفر ما دون ذلك لمن يشاء[
“Sesungguhnya
Alloh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala
dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa saja yang
dikehendakiNya”. (QS. An Nisa’, 48)
Nabi Ibrahim berkata :
]واجنبني وبني أن نعبد الأصنام[
“ ……. Dan jauhkanlah aku dan anak cucuku dari perbuatan (menyembah) berhala”. (QS. Ibrahim, 35)
Diriwayatkan dalam suatu hadits, bahwa Rasululloh ShallAllohu’alaihi wa Sallam bersabda :
"أخوف ما أخاف عليكم الشرك الأصغر، فسئل عنه ؟ فقال : الرياء"
“Sesuatu yang paling aku khawatirkan dari kamu kalian adalah perbuatan
syirik kecil, kemudian beliau ditanya tentang itu, dan beliaupun
menjawab : yaitu riya'. (HR. Ahmad, Thobroni dan Abi Dawud).
Kitab Tauhid Bab 3 Mengamalkan Tauhid dengan Sebenar-benarnya Dapat Menyebabkan Masuk Sorga Tanpa Hisab
Firman Alloh Subhanahu wa Subhanahu wa Ta’ala :
]إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ [(120) سورة النحل
“Sesungguhnya
Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh
kepada Alloh dan hanif (berpegang teguh pada kebenaran), dan sekali
kali ia bukanlah termasuk orang orang yang mempersekutukan (Tuhan)”
(QS, An Nahl, 120)
]والذين هم بربهم لا يشركون[
“Dan orang orang yang tidak mempersekutukan dengan Robb mereka (sesuatu apapun)”. (QS. Al Mu’minun, 59)
Husain bin Abdurrahman berkata: “Suatu ketika aku berada di sisi Said
bin Zubair, lalu ia bertanya : “siapa diantara kalian melihat bintang
yang jatuh semalam ?, kemudian aku menjawab : “ aku ”, kemudian kataku :
“ ketahuilah, sesungguhnya aku ketika itu tidak sedang melaksanakan
sholat, karena aku disengat kalajengking”, lalu ia bertanya kepadaku :
“lalu apa yang kau lakukan ?”, aku menjawab : “aku minta di ruqyah ([1])”,
ia bertanya lagi : “apa yang mendorong kamu melakukan hal itu ?”, aku
menjawab : “yaitu : sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Asy Sya’by
kepada kami”, ia bertanya lagi : “dan apakah hadits yang dituturkan
kepadamu itu ?”, aku menjawab : “dia menuturkan hadits kepada kami dari
Buraidah bin Hushaib :
“لا رقية إلا من عين أو حمة”
“Tidak boleh Ruqyah kecuali karena ain([2]) atau terkena sengatan”.
Nama Rabbku yang Ternoda
الحمد لله، نحمده
ونستعينه ونستهديه ونستغفره، ونتوب إليه، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا
وسيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له،
وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأن محمداً عبده ورسوله
صلى الله عليه وعلى آله وصحبه
وسلم تسليما كثير
Segala puji bagi Allah dan sepantaslah pujian agung hanya tercurah untuk-Nya semata. Allah memiliki nama-nama yang mulia nan agung. Dia memilih nama-nama tersebut untuk menjadi nama-Nya sesuai dengan apa yang Dia kehendaki.
Ahlussunnah menetapkan nama-nama Allah berdasarkan nama-nama yang memang Allah tetapkan untuk diri-Nya sendiri. Tidak ada jalan bagi akal manusia untuk membuat-buat nama ini kemudian menyematkannya kepada Allah, apalagi berdoa dengan nama-nama tersebut.
Sayangnya, di beberapa (atau banyak) daerah di tanah air kita ini, terdapat sebutan (nama) bagi Allah yang tidak ditentukan oleh wahyu. Diantara nama-nama ‘ilegal’ tersebut adalah Latala (Sumbawa), Nene’ Kaji (Lombok), Rumatala (Bima/Dompu), Pengeran (Malang), Nan Kuaso/Tanallah (Padang), Pengiran (Madura), Kayhangan (Suku Buol), Gusti Allah (Jateng) dan lain sebagainya. Penulis sendiri tidak tahu dari mana penamaan ini.
وسلم تسليما كثير
Segala puji bagi Allah dan sepantaslah pujian agung hanya tercurah untuk-Nya semata. Allah memiliki nama-nama yang mulia nan agung. Dia memilih nama-nama tersebut untuk menjadi nama-Nya sesuai dengan apa yang Dia kehendaki.
Ahlussunnah menetapkan nama-nama Allah berdasarkan nama-nama yang memang Allah tetapkan untuk diri-Nya sendiri. Tidak ada jalan bagi akal manusia untuk membuat-buat nama ini kemudian menyematkannya kepada Allah, apalagi berdoa dengan nama-nama tersebut.
Sayangnya, di beberapa (atau banyak) daerah di tanah air kita ini, terdapat sebutan (nama) bagi Allah yang tidak ditentukan oleh wahyu. Diantara nama-nama ‘ilegal’ tersebut adalah Latala (Sumbawa), Nene’ Kaji (Lombok), Rumatala (Bima/Dompu), Pengeran (Malang), Nan Kuaso/Tanallah (Padang), Pengiran (Madura), Kayhangan (Suku Buol), Gusti Allah (Jateng) dan lain sebagainya. Penulis sendiri tidak tahu dari mana penamaan ini.
Langganan:
Postingan (Atom)